The Independent Insight

Giving truth a voice

  • Email
  • Facebook
  • Flickr
  • Instagram
  • Phone
  • Twitter
  • Vimeo
  • YouTube
  • Berita
  • Politik
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Reviu
    • Reviu Buku
    • Reviu Filem
    • Reviu Muzik
  • Rencana
  • Podcast
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami

SIBF 2024: Forum Cakna Sejarah

November 18, 2024 By Editor The Independent Insight

Sempena Selangor International Book Fair (SIBF) 2024, akan berlangsung “Forum Cakna Sejarah” anjuran bersama Penerbitan Cakna dengan rakan kerjasama dari Pelita Dhihin di Piano Lounge, Pusat Konvensyen Setia City 2, Shah Alam. Forum ini akan berlangsung pada 30 November 2024 bermula 5 petang hingga 6 petang.

Forum ini akan menampilkan Firdaus Zainal, penulis buku Kejatuhan Kuasa Politik Melayu yang juga merupakan Ketua Editor Cakna selaku moderator. Saudara Nomy Nozwir, penulis buku Sunda: Pemberontakan Gelanggayu sebagai penelis pertama dan saudara Syed Ahmad Fathi, penulis buku Homo Historikus: Perkembangan Kesedaran Sejarah di Malaysia sebagai panelis kedua. Selain forum, penampilan istimewa saudara Affan Yunus turut akan berlangsung. Beliau akan mendendangkan Syair Sunda.

Semua sidang pembaca dijemput hadir!

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita Tagged With: Cakna, Forum, Homo Historikus, Nomy Nozwir, Pelita Dhihin, Penerbitan Cakna, Perkembangan Kesedaran Sejarah di Malaysia, sejarah, SIBF, SIBF2024, Sunda, syed ahmad fathi

Strengthen the BDS Movement: ASEAN Youth Gather in Conference

November 10, 2024 By Editor The Independent Insight

As already know, Palestinian people are still facing the genocidal war conducted by Israel Zionists for the last year. There are many efforts launched by international organizations such as the United Nation and International Court Justice to stop this tragedy, but it is always end in failure. And even worse the Israeli government try to escalate the war by attacking Lebanon.

The Palestinian dream of being free and having normal life is still far away, particularly for Gaza City. The death toll because of this war has already surpassed 40.000 citizens, including babies, children, elderly and innocent civilians, and apparently will not stop soon.

As a response to that situation, ASEAN Youth in Cooperation with Hidayatullah Youth of East Java and the Islamic College of Luqman al-Hakim Surabaya (STAIL) initiated a small conference to find out the way to contribute to Palestinian freedom. The forum which took place on Zoom meeting with the topic ‘The BDS Movement for Palestine Freedom’ was attended by delegations from 4 countries in Southeast Asia, namely Indonesia, Malaysia, Philippines, and Cambodia on Saturday, 9th November 2024.

The organizing committee, Basitul Yadain said in his opening speech that this event aims to connect the youth in ASEAN and to extend support for Palestine’s freedom.

“We are from Hidayatullah Youth of East Java want to say big appreciation to every participant of each country for gathering here and I hope we can strengthen our bond for the freedom of Palestine.”

Meanwhile, the representative of Philipine Youth (Bangsamoro), Sufly Abbas encouraged the youth of ASEAN to stand for Palestine’s freedom even though with small actions such as Boycotting Israel Affiliated Companies.

“I know it is hard for us as a student to continue advocating this movement, but that kind of little thing can promote of the struggle of Palestinians.” He said.

Fahzy, a Cambodian Youth representative, Syed Ahmad Fathi, as a Malaysian Youth representative and Muhammad Faruq, an Indonesian Youth representative share the same spirit. For them, it is very important to stand with Palestine since many media try to distort the facts and report bias about Palestine. Also, since there is no power in the world that can stop the war, the youth of ASEAN should speak louder and mobilize the people to join the BDS movement as one the the ways to weaken Israel Zionists.

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita Tagged With: ASEAN Youth, BDS Movement, gaza, palestine

Guru Gembul versus Ustadz Nuruddin: Pentingnya Berbicara Sesuai Kapasitas

October 16, 2024 By Editor The Independent Insight

Oleh: Muhammad Nur

Baru-baru ini, dunia maya digemparkan oleh sosok Guru Gembul, seorang guru mata pelajaran PKN dan sejarah di salah satu sekolah di Bandung, yang menjadi viral di media sosial terutama karena konten-kontennya di platform YouTube. Guru Gembul ini dikenal aktif berbicara tentang berbagai topik yang sangat luas mulai dari ilmu agama, sejarah, sains, hingga filsafat. Meski topik-topik tersebut memiliki cakupan yang kompleks dan mendalam, Guru Gembul kerap kali mengangkatnya dengan cara yang terkesan asal-asalan dan tanpa dukungan referensi yang memadai. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah ia sebenarnya berbicara di luar kapasitasnya sebagai seorang guru PKN dan sejarah?

Pada tahun 2023, Guru Gembul menuai kontroversi setelah mengkritik pendidikan di Indonesia dalam gelar wicara di BTV. Lima aktivis pendidikan melayangkan somasi karena menilai kritiknya terhadap kompetensi guru melecehkan profesi tersebut. Guru Gembul kemudian mengklarifikasi bahwa kritiknya ditujukan pada Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), bukan pada individu guru. Masalah ini akhirnya diselesaikan dengan damai. Di tahun 2024, Guru Gembul kembali memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa sistem indrawi manusia tidak layak menjadi sumber informasi terpercaya. Pernyataan ini ditanggapi oleh Abdul Muin Banyal, yang menegaskan bahwa meski indra manusia terbatas, keterbatasan ini justru mendorong inovasi dalam menciptakan alat bantu untuk memperluas kemampuan indra, yang tetap mengandalkan observasi manusia. Bukan berarti indra manusia tidak dapat dijadikan sumber informasi

Belakangan ini, Guru Gembul juga terlibat dalam kontroversi dengan beberapa habib atau habaib terkait masalah nasab Ba’alawi—sebuah topik yang cukup sensitif dalam diskursus Islam. Kemudian baru-baru ini, dalam pernyataannya, Guru Gembul menantang publik dengan argumen bahwa akidah tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Tantangan ini mendapat tanggapan dari Ustadz Nuruddin, seorang tokoh yang memiliki latar belakang ilmu agama yang mumpuni. Ustadz Nuruddin akhirnya mengundang Guru Gembul untuk berdebat secara langsung mengenai topik yang dia lontarkan.

Namun, ketika debat antara keduanya berlangsung, Guru Gembul tampak tidak siap menghadapi hujan referensi dan dalil yang dibawakan oleh Ustadz Nuruddin. Alih-alih merespons dengan argumen yang terstruktur dan berbasis ilmu, Guru Gembul lebih banyak membahas hal-hal di luar topik debat, mengalihkan pembicaraan, dan bahkan tidak menghormati moderator yang bertugas menjaga kelancaran diskusi. Gaya berbicaranya yang terkesan asal, tanpa dasar yang kuat, serta kurangnya referensi ilmiah yang mendukung pernyataannya, semakin memperlihatkan bahwa ia tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai topik yang sedang dibahas.

Debat ini menjadi contoh yang jelas tentang pentingnya berbicara sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Guru Gembul, dengan latar belakang sebagai seorang guru PKN dan sejarah, tentunya memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Namun, ketika ia mencoba membahas topik yang berada di luar bidang keahliannya, seperti akidah dan nasab dalam Islam, tanpa dasar ilmu yang kuat atau referensi yang memadai, hasilnya adalah pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Inilah yang menyebabkan perdebatan tersebut menjadi tidak produktif dan tidak menghasilkan kesimpulan yang bermanfaat.

Peran seorang guru atau pendidik seharusnya menjadi teladan dalam berbicara dan berargumen berdasarkan ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan. Sayangnya, Guru Gembul tidak hanya mengabaikan hal ini tetapi juga cenderung memaksakan opininya tanpa memberikan ruang untuk dialog yang sehat dan ilmiah. Sebaliknya, Ustadz Nuruddin dalam perdebatan tersebut tetap berpegang pada data, referensi, dan argumen yang logis, meskipun upayanya untuk menjelaskan sering kali terganggu oleh respons yang tidak relevan dari lawan debatnya.

Kontroversi ini menggarisbawahi pentingnya bagi setiap individu untuk berbicara sesuai dengan kapasitasnya, terutama ketika mengangkat topik yang berhubungan dengan ilmu agama atau hal-hal yang memerlukan pemahaman mendalam dan kajian yang serius. Dalam dunia akademis maupun kehidupan sehari-hari, adalah hal yang bijak untuk mengakui keterbatasan diri dan menyerahkan pembahasan topik-topik tertentu kepada mereka yang benar-benar ahli di bidangnya.

Berbicara tanpa kapasitas yang memadai tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat menyesatkan orang lain yang mungkin mempercayai informasi yang disampaikan. Ketika seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi menyampaikan argumen yang tidak didasari ilmu atau referensi yang tepat, dampaknya bisa memicu kebingungan bahkan kesalahpahaman di kalangan publik.

Oleh karena itu, permasalahan ini seharusnya menjadi pembelajaran penting bagi kita semua tentang pentingnya berbicara sesuai dengan kapasitas kita. Menghargai ilmu pengetahuan, bersedia belajar dari orang-orang yang lebih ahli, serta selalu mencari referensi yang tepat adalah kunci untuk memastikan diskusi atau perdebatan yang sehat dan produktif. Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk tidak terjebak dalam fanatisme opinional tanpa dasar dan selalu berusaha untuk berbicara dengan landasan yang kokoh.

Tentang Penulis

Muhammad Nur merupakan seorang mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Motivasi utama beliau dalam menulis adalah untuk memberikan manfaat, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Beliau percaya bahwa tulisan memiliki kekuatan untuk menyebarkan ilmu, menggugah pemikiran, dan mendorong perubahan positif dalam masyarakat. Dengan semangat ini, beliau berusaha menjadikan setiap karya beliau sebagai kontribusi yang berarti, baik dalam ranah akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita Tagged With: Guru Gembul, Indonesia, Ustadz Nuruddin

Seminar Kebangsaan Sejarah Sosioekonomi Malaysia (SKSSM 2024)

July 5, 2024 By Editor The Independent Insight

Seminar Kebangsaan Sejarah Sosioekonomi Malaysia (SKSSM) 2024 akan diadakan secara dalam talian pada 9-10 Julai 2024. Seminar kali ini membawakan Prof. Madya Dr. Nazarudin Zainun yang akan membentangkan ucaptama bertajuk “Sejarah Sosioekonomi dan Ilmu Bantunya: Antara Faham dan Salah Faham”. Selain itu seminar kali ini turut membawakan Madam Khoo Salma yang akan memberikan ucaptama bertajuk “Penang Port, Cosmopolitan History”. Seminar ini membawakan pelbagai pengkaji yang akan membentangkan tajuk seputar dasar kolonial British, perburuhan, ekonomi, warisan negara, hubungan luar Malaysia, dan pelbagai topik menarik lagi. Bagi mereka yang berminat mengikuti seminar ini bolehlah merujuk kepada buku program di bawah untuk pautan seminar.

Buku-Program-Seminar-Kebangsaan-Sejarah-Sosioekonomi-Malaysia-1874-1990-SKSSM-2024Download
Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita Tagged With: sejarah, seminar, skssm, sosioekonomi, usm

Adab & Perdebatan Sivil Ketika Pembunuhan Beramai-ramai?

May 17, 2024 By Syed Ahmad Fathi Bin Syed Mohd Khair

Melihat klip video Cornel West terbaru dalam program Piers Morgan sangat menyegarkan. Nampak perubahan ketara Dr. West berbanding kemunculan beliau sebelum ini. Sebelum ini beliau tenang dan sopan sahaja menjawab soalan berat sebelah Piers. Ternyata tidak kali ini, West “goes ballistic” dan berterus terang menyebut bahawa Piers adalah seorang yang rasis. Yang mana saya bersetuju, saya telah lama berhenti dari menonton Piers, walaupun kononnya beliau memberi platform yang besar kepada suara pro-Palestin, saya dapati Piers adalah seorang rasis dan islamofobik, dan buang masa sahaja memberi beliau klik dan view.


Disini saya melihat satu perkara yang menarik. Golongan kolonial sentiasa mahu kita berdebat dengan sivil dan penuh sopan dan hormat. Kita disuruh meraikan kebebasan bersuara sementara mereka membunuh kanak-kanak, merampas tanah, dan menghancurkan kehidupan orang lain. Sebab itu bagi saya intelektual yang kononnya menyokong kebebasan suara pro-kolonial ini bodoh. Mereka ada “useful idiot” kepada ideologi kolonial. Mereka akan menyuruh orang lain duduk berdebat dengan sopan dan meraikan kebebasan bersuara, sementara golongan kolonial secara aktif membunuh dan menghancurkan manusia.

Baru-baru ini kerajaan Malaysia Madani telah mengalu-alukan kedatangan syarikat BAE System dan Lockheed Martin yang membekalkan senjata kepada Israel untuk membunuh anak-anak di Gaza dalam pameran DSA2024. Saya merasa terhina dan kecewa dengan perkara ini dan telah merakamkan rasa tidak puas hati saya di dalam Diaspora Podcast bersama Saudara Nazreen.

Namun kritikan saya terhadap kerajaan Malaysia Madani ini tidak disenangi oleh seorang penulis. Pada mulanya saya juga hairan kenapa dia beriya-iya mempertahankan tindakan yang jelas salah oleh kerajaan ini. Namun selepas mengetahui bahawa beliau mendapat jawatan sebagai ahli lembaga pengarah bagi sebuah agensi kerajaan, barulah saya faham mengapa beliau beriya-iya sangat. Begitulah habuan dan jawatan membutakan manusia. Maka disini saya ingin merakam soal jawab saya dengan beliau.

Dr. Fatimah S: Mohon semak dan imbang. (Sambil memberikan link laporan berita jawapan Anwar).

Syed Ahmad Fathi: Syarikat berdaftar atau tidak di Israel tidak relevan selagi syarikat tersebut membekalkan bom untuk membunuh anak-anak saya.

Dr. Fatimah S: Malaysia Madani mengalu-alukan? “Tak ada (syarikat) yang berdaftar… kita tak benarkan. Yang benarkan (tahun) 2002 Tun (Dr) Mahathir (Mohamad) bawa (kapal) Zim. Kita dah batalkan … ingat 2002 yang benarkan kapal Israel masuk itu adalah Tun Mahathir masa jadi Perdana Menteri. Tiada bagi alasan apa pun. Kemudian diteruskan. “Saya batalkan kepada Jemaah Menteri, itu pendirian kita (untuk) tak izinkan,” katanya ketika ditemui pemberita selepas menyempurnakan Majlis Peluncuran Strategi Pembanterasan Rasuah Nasional (NACS) 2024 – 2028 di sini, pada Selasa. Beliau berkata demikian sebagai mengulas gesaan bekas Perdana Menteri, Dr Mahathir agar kerajaan perlu segera mengusir dua syarikat tersebut yang kini berada di Malaysia untuk menyertai pameran Pameran Defence and Service Asia (DSA) dan NATSEC Asia 2024 di ibu negara. Dakwa Dr Mahathir, Lockheed Martin dan BAE System merupakan pembekal senjata terbesar kepada rejim Zionis yang melakukan serangan dan pengeboman ke atas rakyat Palestin sejak 7 Oktober tahun lalu. Dalam perkembangan sama, Menteri Pertahanan, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin berkata, sebagai sebuah negara perdagangan bebas, Malaysia memberi ruang kepada semua pemain industri global untuk memasarkan produk dan perkhidmatan mereka di negara ini. Sehubungan itu, Malaysia, katanya lagi, mengambil pendekatan untuk tidak campur tangan dalam urusan perniagaan mana-mana syarikat global dengan mana-mana negara tertentu.

Syed Ahmad Fathi: Ya mengalu-alukan. Bagi kebenaran buat pameran, sambut, ambil gambar bersama. Pada pandangan saya (semua tindakan ini adalah) mengalu-alukan. Petikan yang di-copy paste tak relevan. Isu dia bukan pendaftaran syarikat. Isu dia syarikat tersebut adalah pembekal senjata secara langsung yang membunuh anak-anak di Gaza. Menghancurkan kepala mereka, memburai perut mereka, membakar mereka hingga mati. Semua dari senjata Lockheed Martin dan BAE System. Dia daftar syarikat dia kat mana TIDAK RELEVAN.Kalau saya bunuh anak orang, relevan ke saya daftar IC saya kat mana?

Dr. Fatimah S: Kerajaan Madani amat tegas membela Palestin di pentas dunia termasuk bersuara di German dan perhimpunan International Religious Leaders. Kenyataan ‘mengalu alukan’ boleh mengapi apikan fitnah tanpa bersikap semak imbang pada saat masyarakat antarabangsa melihat Malaysia sangat berani bersuara membela Palestin.

Syed Ahmad Fathi: Ya, masa mereka tegas kita akan puji. Masa mereka buat salah kita perlu kritik. Kalau mereka buat salah kita tidak boleh kritik, itu namanya taksub buta. “Mengalu-alukan” itu adalah satu fakta, sangat jelas dari gambar, sambutan, video, dan juga kebersamaan dengan syarikat membekal senjata pada Israel. Ia hipokrit dan memalukan. Tak perlulah bermain sentimen “api fitnah”, semuanya terang dan bersuluh.

Dr. Fatimah S: Jika pembunuh Israel terlepas ke Malaysia dengan menyamar passport negara lain, adakah itu tandanya kerajaan Malaysia mengalu-alukan pembunuh Israel datang? Jika anda di tempat kerajaan, anda yakin pemerintahan anda tiada sebarang ‘khoto’? Apa beza khoto’ dan khotiah (sengaja buat salah??” Nabipun tak terlepas dari hal yang khoto’. Begitu juga para sahabat. Mereka tetap saling syura dan bertanya, bukan melabel segera.

Syed Ahmad Fathi: Hujah puan sangat bermasalah dan tidak relevan. Pada hal lain yang baik, kita puji, pada hal yang salah kita akan kritik. Basic amar ma’aruf nahi munkar. Tak perlu kaitkan dengan kes lain, yang tak relevan. Tak perlu juga samakan kerajaan dengan nabi. Kalau saya kerajaan, saya buat salah, saya akan terima kritikan, dan ubah. Itu sahaja, tidak perlu hipokrit bersuara di tempat lain, tapi alu-alukan syarikat pembekal senjata Israel masuk Malaysia. MEMALUKAN. Kalau orang yang membekal senjata untuk membunuh dan membakar anak puan, puan sudi bergambar happy ambil video dengan dia senyum-senyum bersama? Saya anggap anak-anak di Gaza anak saya. Jadi saya tak dapat terima syarikat pembunuh seperti Lockheed Martin dan BAE System. Itu sahaja. Saya ada perasaan. Lain-lain tak relevan bagi saya.

Dr. Fatimah S: Pameran tu bukan dianjurkan oleh kerajaan tapi pihak swasta. Kerajaan tidak membelanjakan duit untuk pameran itu. Ada tempat yang kerajaan tak campur tangan seperti urusan teknikal pasaran global seperti ia tak boleh campur tangan dalam urusan mahkamah. Kerajaan tegas tidak membenarkan syarikat yang berdaftar Israel untuk buat pameran. Penyertaan datang dari banyak negara kecuali Israel seperti Turki, UAE, dll. Apabila terdapat juga pameran oleh syarikat yang ‘bantu’ Israel di sebalik negara negara lain, kerajaan ada dua pilihan:

  1. Menghalau mereka tanda benci.
  2. ⁠Berstrategi mengetahui senjata terkini yang mereka pamerkan untuk persiapan jangka panjang. Dalam Bahasa Arab strategi ni disebut, معرفة الاعداء. Mengenal taktik musuh. Mereka sendiri yang datang pamerkan senjata mereka dan terpaksa keluar duit untuk Malaysia bagi tujuan itu. Bagaimana nak kalahkan musuh jika kita tak tahu senjata mereka? Strategi biasanya dirahsiakan dan tidak diwarwar kepada umum.

Justeru, mana manapun pilihan yang dibuat, ia cuma ijtihad politik. Ia ada pro dan kontranya. Usah kita dipecahkan hanya kerana ijtihad politik. Usah kita berani melabel munafik pada sesama muslim hanya kerana cara fikir dan cara urus yang berbeza.

Syed Ahmad Fathi: Saya rasa puan tak faham isu. Sejak bila saya tuduh orang munafik? Pelik benar hujah-hujah puan ni, terlalu sangat hendak mempertahankan kerajaan sampai sebut benda yang saya tak sebut pun. Kalau menghalau mereka tanda benci, baguslah, saya memang benci syarikat senjata yang membekal bom untuk membunuh anak saya di Gaza. Tak perlulah nak berlindung di sebalik syarikat swasta, banyak sahaja syarikat swasta yang tidak dibenarkan beroperasi atas pelbagai alasan. Nak tak nak sahaja. Pergi baca dekat website DSA2024, pameran tu dianjurkan oleh kerajaan, terang-terang tertulis “hosted, supported, co-organised by Ministry of Defense dan Ministry of Home Affairs”. Tak payah la nak berpusing-pusing nak mempertahankan syarikat membekal senjata untuk Israel. Ijtihad politik boleh dikritik, ia bukan ayat Al-Qur’an. Saya pun tak faham kenapa puan beriya-iya sangat nak mempertahankan syarikat bekal senjata buat Israel.

Dr. Fatimah S: Saya tak kata tuan tuduh munafik. Itu yang diperkakan oleh masyarakat umum kerana ada pihak pihak yang terlalu menyalahkan kerajaan Madani secara tidak berada dalam kasut mereka. Ajarlah juga masyarakat tentang adabul ikhtilaf dalam situasi muslim sangat perlu bersatu padu saat ini. Setiap ijtihad ada pro kontranya. Perpecahan hanya akan merugikan kita sendiri.

Syed Ahmad Fathi: Mengkritik kerajaan perkara biasa. Kita tidak perlu pun berada dalam kasut mereka. Kalau guna alasan kasut, sampai bila-bila pun rakyat tidak boleh kritik kerajaan. Polisi salah wajar dikritik, tak ada masalah.

Dr. Fatimah S: Tiada masalah juga saya mengkritik perkataan yang digunakan dalam posting tuan ini apabila melihat perpecahan semakin bersemarak dalam masyarakat saya. Jika perkataan straight to the point, mengajak untuk menghalau pihak tertentu (ijtihad 1), mungkin lebih jelas. Namun jika perkataan mengundang sangkaan buruk terhadap pihak yang sejak awal membela Palestin hingga kini, ia juga wajar dikritik.

Syed Ahmad Fathi: Ya, tidak ada masalah nak mengkritik saya. Cuma kelakar pemikiran yang rasa perkataan lebih penting untuk dikritik dari syarikat yang membekal senjata membunuh dan memecahkan kepala anak-anak saya di Gaza. Nampak kelakar kritikannya, nampak pemikiran yang tidak faham aulawiyat.

Dr. Fatimah S: Awlawiyat saya adalah menjaga perpaduan dalam masyarakat Malaysia yang tercinta dengan menyebarkan ilmu “Adab Berbeza Pendapat”. Perpaduan adalah kekuatan untuk membela Palestin kerana kita sudah hidup berpecah dan bercakaran sekian lama kerana tiada adab memilih perkataan.

Syed Ahmad Fathi: Baru tahu mengkritik syarikat yang membunuh anak Gaza adalah tidak beradab. Kalau begitu logiknya, saya doakan warga Malaysia semakin tidak beradab dalam menolak pembunuhan anak Gaza. Moga Allah rahmati semua yang tidak beradab dalam menolak pembunuh anak Gaza dan mereka yang mengalu-alukannya. Saya akan terus bersuara dan memastikan orang Islam terus tidak beradab dalam mengkritik mereka yang mengalu-alukan pembunuh anak Gaza. Saya juga berjanji akan bekerja lebih keras lagi agar orang Malaysia terus tidak beradab dalam mengalu-alukan pembunuh anak-anak Gaza. Insha’Allah.

Dr. Fatimah S: A053 Dan katakanlah (wahai Muhammad) kepada hamba-hamba-Ku (yang beriman), supaya mereka berkata dengan kata-kata yang amat baik (kepada orang-orang yang menentang kebenaran); sesungguhnya Syaitan itu sentiasa menghasut di antara mereka (yang mukmin dan yang menentang); sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang amat nyata bagi manusia (Al Israk).

Syed Ahmad Fathi: Moga Allah beri istiqomah kepada saya untuk terus tidak beradab dengan pembunuh anak-anak Gaza. Mengkritik mereka yang mengalu-alukan pembunuh, dan tidak termasuk dalam golongan yang buta kerana mereka mendapat jawatan.

Dr. Fatimah S: Boleh jadi orang yang dikritik dan dihina lebih baik pembelaannya dan strateginya dalam membela Palestin, maka jagalah adab berbeza pendapat dalam perkara ijtihad. Selalu ingat pesan Allah dalam Surah Al-Hujurat terhadap sesama manusia.

Syed Ahmad Fathi: Saya hanya mengkritik tindakan kerajaan yang mengalu-alukan syarikat pembekal senjata yang membunuh anak-anak Gaza. Orang yang dapat habuan dan jawatan tidak selesa dengan kritikan saya, saya tidak peduli. Mereka hendak mempergunakan ayat Al-Qur’an untuk menghalalkan tindakan mereka yang salah juga tidak akan membuatkan saya senyap. Saya sudah terbitkan artikel mengkritik kerajaan Madani mengalu-alukan syarikat pembekal senjata yang membunuh anak-anak Gaza. Jemput baca. Di Twitter juga orang sudah mula menyebarkan kritikan terhadap Madani yang mengalu-alukan syarikat senjata pembunuh anak-anak Gaza. Alhamdulillah, moga kritikan ini terus tersebar.

Syed Ahmad Fathi Bin Syed Mohd Khair
Syed Ahmad Fathi Bin Syed Mohd Khair

Author of several books including Berfikir Tentang Pemikiran (2018), Lalang di Lautan Ideologi (2022), Dua Sayap Ilmu (2023), Resistance Sudah Berbunga (2024), Intelektual Yang Membosankan (2024), Homo Historikus (2024), DemokRasisma (2025), dan Dari Orientalisma Hingga ke Genosida (2025). Fathi write from his home at Sungai Petani, Kedah. He like to read, write and sleep.

independent.academia.edu/SyedAhmadFathi

Filed Under: Berita Tagged With: Anwar, Cornel West, Diaspora Podcast, dsa2024, gaza, genocide, malaysia madani, Piers Morgan

Adakah Serangan Iran Ke Atas Israel Hanya Wayang?

April 16, 2024 By Syed Ahmad Fathi Bin Syed Mohd Khair

Selepas 6 bulan rakyat Gaza dibantai dan dibunuh, tiada negara-negara Arab atau negara Islam termasuklah yang kuat bersuara seperti Turki dan Malaysia yang menghantar bantuan ketenteraan, tentera pengaman/pelindung kepada rakyat Gaza. Bukan itu sahaja, malah menghantar tepung dan bantuan asas makanan pun mereka tidak mampu dan terpaksa meminta belas ihsan dari Israel dan sekutunya Amerika Syarikat untuk membantu membuka sempadan. Sebelum kita mula membahaskan subjek ini, saya mahu letak konteks itu terlebih dahulu.

Selepas Israel mengebom konsulat Iran di Damsyik, Syria pada 01 April 2024 dan membunuh 7 warganya termasuklah 2 orang jeneralnya. Akhirnya pada 14 April 2024, Iran melakukan serangan langsung ke Israel menggunakan dron dan peluru berpandu dalam operasi yang disebut sebagai Operation True Promise. Israel dan konco-konconya menyatakan bahawa 99 peratus dari projectile dari Iran ini berjaya dimusnahkan dengan bantuan dari UK, USA, Perancis dan juga negara Islam Jordan.[1] Ya, Jordan telah membantu untuk menghalang peluru berpandu dari sampai ke Israel.

Persoalan yang timbul, adakah serangan ini hanya wayang?

Jika kita melihat serangan ini dari lensa agamawan yang bermain isu sunni-syiah, ya, ia adalah satu wayang sahaja. Saya dahulu juga melihat konflik ini dari kaca mata sunni-syiah ini. Tapi saya telah lama meninggalkan paradigma ini, termasuk apabila Qasem Soleimani dibunuh dahulu, ramai yang bersorak kerana beliau adalah syiah.[2] Tapi apa yang tidak mereka sebut adalah antara yang hadir memberi penghormatan kepada Jeneral Soleimani adalah Ismail Haniyeh sendiri, di mana beliau menyatakan bahawa Soleimani adalah seorang “syahid”.

Perbahasan sunni-syiah, dalam pertarungan geo-politik melawan hegemoni Amerika Syarikat dan Israel sudah tidak menarik minat saya. Bagi saya secara peribadi, permusuhan sunni-syiah ini sudah lama berlalu, tiada keuntungan untuk umat bermusuh dan membunuh sesama sendiri. Jika kita boleh bersahabat dengan rakan-rakan Buddha, Hindhu, Kristian dan lain-lain, saya tidak nampak masalah untuk kita berkawan dengan Syiah. Kita boleh tidak setuju dari sudut akidah dan teologi, tetapi kita tidak perlu bermusuh.

Berbalik kepada persoalan “wayang Iran”. Saya telah mendengar dan membaca pelbagai analisis. Namun yang saya kira paling menarik adalah dari Dr. Mohammad Marandi dari Tehran.[3] Kebanyakan analisis yang cuba untuk merendahkan operasi serangan Iran ini adalah dari media Barat dan sumber Israel sendiri. Dari 6 bulan pembunuhan di Gaza, semua orang sedia maklum bahawa media ini kerap berbohong.[4] Jadi tidak mengejutkan jika angka “99%” itu juga adalah propaganda sahaja. Jika benar pengkalan tentera yang dibedil Iran itu tidak mengalami kemusnahan teruk, Israel boleh membenarkan wartawan melawat pengkalan ini untuk membuat pengesahan. Namun mereka tidak berani, mereka hanya mengeluarkan kenyataan, dan media Barat hanya mengulang cetak kenyataan mereka.

Bagi saya, serangan ini bukan wayang. Tetapi adalah peluang Iran untuk menguji keberkesanan pertahanan udara Israel. Iran dalam operasi ini mengumumkan sejak awal bahawa mereka akan bertindak balas, dan memberikan garis masa (time frame) untuk Israel bersedia. Iran tidak menggunakan peluru berpandu hipersonik mereka, sebaliknya menggunakan peluru berpandu generasi lama dan juga dron kos rendah “Shahed” sebagai decoy.

Di sini kita dapat memahami beberapa perkara.

Pertama, dari operasi ini, Iran dapat memahami bagaimana Israel bertindak balas. Ternyata Israel tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri dan terpaksa bergantung kepada kuasa asing untuk membantunya termasuk dari USA, UK, Perancis dan Jordan.

Kedua, walaupun Israel diberi amaran awal dan mempunyai masa untuk bersedia, termasuklah melakukan jamming ke atas sistem GPS di negara mereka, ternyata sistem peluru berpandu Iran masih dapat menembusi pertahanan mereka. Israel sendiri kemudiannya mengakui bahawa peluru berpandu Iran berjaya membedil dua markas tentera mereka termasuk lapangan terbang tentera Nevatim.[5] Kebanyakan dron dan peluru berpandu yang berjaya dipintas adalah decoy. Ini menunjukkan, jika serangan dibuat secara mengejut, tidak diumumkan dan tidak diberi sebarang garis masa, kemusnahan yang lebih besar dapat dilakukan.

Ketiga, dari operasi ini, Iran memberi signal bahawa percaturan defensif mereka telah tamat, kini adalah fasa baharu di mana Iran boleh melakukan serangan ofensif. Amerika Syarikat juga tidak berani melakukan serangan balas terhadap Iran, malah mendesak Israel untuk tidak bertindak balas. Amerika Syarikat menyatakan jika Israel bertindak balas, mereka tidak akan bersama membantu Israel.[6] Ini kerana Amerika Syarikat sedar bahawa banyak pengkalan tentera mereka di Timur Tengah dengan mudah dapat dimusnahkan oleh Iran. Semua ini ini menunjukkan kepada saya bahawa serangan Iran bukanlah satu wayang. Tetapi mereka menggunakan peluang yang ada untuk menguji sistem pertahanan Israel. Dari operasi ini mereka dapat memahami dinamik jika serangan sebenar perlu dilakukan. Seperti yang saya tulis dalam buku saya Resistance Sudah Berbunga, perjuangan melawan Israel kini sudah memasuki fasa baharu.[7] Ia akan mengambil masa untuk memastikan Israel semakin lama semakin lemah. Di sini kita melihat bagaimana Iran melakukan long-game dan tidak tergopoh gapah. Iran sedar, Israel akan kalah juga akhirnya. Oleh itu, lebih baik ia dikalahkan dengan lebih strategik tanpa perlu perang yang lebih besar.

Bibliografi

“Breaking news and analysis on day 191 of Gaza’s Al-Aqsa Flood.” The Electronic Intifada Podcast. April 15, 2024. Accessed April 16, 2024. https://www.youtube.com/watch?v=PSEIoHJmSok&t=1s.

Fabian, Emanuel. 2024. “Visiting targeted air base, IDF chief promises response to Iranian attack.” The Times of Israel, April 15.

Hamza Ali Shah. 2024. “‘Beheaded Babies’ – How Uk Media Reported Israel’s Fake News As Fact.” Declassified UK, January 04.

Marandi, Mohammad, interview by Ali Abunimah. 2024. Why Iran supports Palestine (April 8).

Syed Ahmad Fathi. 2020. “Qasem Soleimani: Dimana letaknya pendirian kita?” Meniti Jambatan Masa, January 08.

—. 2024. Resistance Sudah Berbunga. Tochka Press.

Vasilyeva, Nataliya. 2024. “Israel admits Iranian ballistic missiles struck two military bases.” The Telegraph, April 15.


[1] Emanuel Fabian. “Visiting targeted air base, IDF chief promises response to Iranian attack”. The Times of Israel, 15 April 2024. Pautan: https://www.timesofisrael.com/idf-chief-visits-airbase-hit-in-iranian-attack-says-it-will-be-met-with-a-response/

[2] Qasem Soleimani telah dibunuh oleh Amerika Syarikat pada tahun 2020. Pada Ketika itu, saya juga telah mengkritik pendekatan yang melihat kejadian itu dalam konteks sunni-syiah. Seharusnya semua umat Islam bersatu melawan hegemoni Amerika Syarikat dan juga penjajahan Israel. Rujuk Syed Ahmad Fathi. “Qasem Soleimani: Dimana letaknya pendirian kita?”. Meniti Jambatan Masa, 08 Januari 2020. Pautan: https://bersamakepuncak.blogspot.com/2020/01/qasem-soleimani-dimana-letaknya.html

[3] Terdapat beberapa analisis dari Dr. Marandi yang saya tekuni. Pertama adalah sesi podcast beliau bersama Ali Abunimah di Electronic Intifada di mana beliau menerangkan sejarah hubungan luar Iran dengan dunia sebelum serangan Iran ke atas Israel. Siaran ini bertajuk “Why Iran supports Palestine, with Ali Abunimah and Mohammad Marandi” dan boleh dilihat di pautan: https://www.youtube.com/watch?v=n2WNlRwoyUg&t=1202s . Analisis kedua beliau selepas serangan Iran ke atas Israel boleh dilihat melalui pautan: https://www.youtube.com/watch?v=PSEIoHJmSok

[4] Contoh paling jelas adalah propaganda bahawa 40 bayi telah dipenggal oleh Hamas semasa Operasi Taufan Al-Aqsa. Rujuk artikel oleh Hamza Ali Shah. “‘Beheaded Babies’ – How Uk Media Reported Israel’s Fake News As Fact”. Declassified UK, 04 Januari 2024. Pautan: https://www.declassifieduk.org/beheaded-babies-how-uk-media-reported-israels-fake-news-as-fact/ Ini hanyalah satu sahaja contoh dari pelbagai contoh lain di mana media Barat menjadi mulut propaganda bagi jenayah genocide Israel.

[5] Nataliya Vasilyeva. “Israel admits Iranian ballistic missiles struck two military bases”. The Telegraph, 15 April 2024.

[6] “U.S. will not join any retaliatory action by Israel on Iran: White House”. Nikkei Asia, 15 April 2024. Pautan: https://asia.nikkei.com/Spotlight/Iran-tensions/U.S.-will-not-join-any-retaliatory-action-by-Israel-on-Iran-White-House

[7] Syed Ahmad Fathi. Resistance Sudah Berbunga. Tochka Press, 2024.

Adakah-Serangan-Iran-Ke-Atas-Israel-Hanya-WayangDownload
Syed Ahmad Fathi Bin Syed Mohd Khair
Syed Ahmad Fathi Bin Syed Mohd Khair

Author of several books including Berfikir Tentang Pemikiran (2018), Lalang di Lautan Ideologi (2022), Dua Sayap Ilmu (2023), Resistance Sudah Berbunga (2024), Intelektual Yang Membosankan (2024), Homo Historikus (2024), DemokRasisma (2025), dan Dari Orientalisma Hingga ke Genosida (2025). Fathi write from his home at Sungai Petani, Kedah. He like to read, write and sleep.

independent.academia.edu/SyedAhmadFathi

Filed Under: Berita Tagged With: Iran, israel, War

Any external presence in Gaza to be considered occupying force: Hamas

March 31, 2024 By Editor The Independent Insight

The Alliance of Palestinian Resistance factions denounced on Saturday the Israeli proposal that suggests foreign Arab forces should govern the Gaza Strip, warning that such proposals aim to trap Aab countries in serving “Israel’s” agendas in Gaza, amid its drastic failure on the battlefield.

The factions also warned, in a statement in Damascus, of the dangers of complying with such proposals, affirming that they embody “a new Zionist trap and lie” that the United States and “Israel” try to impose to shift their defeat in Gaza.

“Turning to certain Arab countries for help, it [Israel], together with the US, seeks to avoid the horrible defeat they have suffered… to get the occupation army out of the huge moor it finds itself trapped in the Gaza Strip,” the statement read.

They also stressed that the Palestinian people can choose their own leadership to govern the Strip to maintain its national sovereignty and foil all Israeli-American plots to undermine its independence. The proposal, according to the Resistance actions, was put forward by Israeli Security Minister Yoav Gallant before Antony Blinken, Jake Sullivan, and Lloyd Austin.

Moreover, Arab nations must beware of getting caught in the “Zionist trap”, according to the factions’ alliance, through the promotion or support of Israeli-American plots.

Hamas also issued a statement by the Supreme Follow-up Committee of the Palestinian National and Islamic Forces stressing that the occupation leaders’ talks regarding the formation of an international or Arab force for the Gaza Strip are “a delusion and a mirage,” stressing that any “force entering the Gaza Strip is rejected, unacceptable, and would be considered an occupying force, which we will deal with accordingly.”

The Resistance movement also appreciated the Arab nations’ refusal and rejection of the Israeli proposal, vowing that governing the Palestinian reality is purely an internal national affair that does not allow any force’s intervention. All attempts, according to Hamas, to instate alternative authorities that do not consider the Palestinian people’s will, “will die before its birth” and will not succeed.

Hamas also addressed the United States and its president, Joe Biden, condemning his intention to send new shipments of weapons, including missiles and warplanes, to the criminal zionist entity, which confirms the full partnership of this administration in the brutal war of extermination waged by the Nazi-zionist occupation against our Palestinian people in the Gaza Strip.

“The insistence of Biden’s administration on its biased position and its unlimited political and military support for the occupation and its fascist policies, which seek to exterminate our people and displace them from their land, confirms the lie of the American positions regarding the humanitarian situation in the Gaza Strip, and the catastrophe caused by the American-backed zionist killing machine,” the statement read.

Hamas added that the ideas it proposes to protect civilians are aimed at misleading and covering up the ongoing crimes of the occupation against our people in the Gaza Strip. The movement called on the international community and the United Nations to impose a complete ban on the supply of weapons to the criminal zionist entity, and to take steps to stop the aggression, leading to holding the occupation and its leaders accountable for the violations and crimes against humanity they have committed.

Source: Al Mayadeen

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita Tagged With: gaza, genocide, hamas, israel

Houthis: We’ll prevent Israel-linked ships from even passing through Indian Ocean toward Cape of Good Hope

March 15, 2024 By Editor The Independent Insight

The leader of Yemen’s Houthis says in a televised speech that Houthis’ operations targeting vessels will prevent Israel-linked ships from even passing through the Indian Ocean towards the Cape of Good Hope.

Around 34 Houthi members have been killed since the militia began to attack shipping lanes in solidarity with the Palestinians in the Gaza war, the Houthis’ leader, Abdul Malik al-Houthi, adds.

“Our main battle is to prevent ships linked to the Israeli enemy from passing through not only the Arabian Sea, the Red Sea and the Gulf of Aden, but also the Indian Ocean towards the Cape of Good Hope. This is a major step and we have begun to implement our operations related to it,” al-Houthi says;

The resistance group has been attacking ships in the Red Sea and Gulf of Aden since November in what they say is a campaign of solidarity with Palestinians during Israel’s genocidal war in Gaza.

Around 34 Houthi members have been killed since the group began the attacks, al-Houthi says.

Source: The Times of Israel

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita

Global oil industry is fueling war on Gaza

March 15, 2024 By Editor The Independent Insight

According to research, some of the world’s most successful fossil fuel firms, as well as US taxpayers, are fueling Israeli planes and tanks that are killing Palestinians in Gaza.

“Israel” relies on imported crude oil and refined products to power its massive fleet of fighter planes, tanks, and other military vehicles.

The study commissioned by the non-profit Oil Change International and observed by The Guardian indicates that the occupation relied heavily on fossil fuels from Azerbaijan, Kazakhstan, Russia, Brazil, Gabon, and the United States since the war began.

According to Data Desk, a UK-based IT consultancy organization that studies the fossil fuel market, the major oil firms enabling fuel deliveries include BP, Chevron, ExxonMobil, Shell, and TotalEnergies.

Since October, the occupation received 3 US tankers carrying JP8 fuel. Although one shipment departed before October 7, one left after more than 16,000 Palestinians had been killed on December 6, while the third left in February, two weeks following the International Court of Justice’s interim finding that “Israel” may be committing genocide.

David Boyd, the United Nations special rapporteur on human rights and the environment, stated that countries and companies supplying the occupation are “contributing to horrible human rights violations and may be complicit in genocide.”

Allie Rosenbluth, the US program manager at Oil Change International, called for the US to be held particularly accountable since it fuels the ongoing genocide “on top of over a hundred other weapons sales.”

Apart from US jet fuel, almost all other exports of refined petroleum products to “Israel” have ceased since October 2023, possibly reflecting the larger Red Sea crisis.

In total, more than 1,440 kilotonnes (kt) of crude oil from Azerbaijan are believed to have been shipped to “Israel” since October 2023, while two cargoes of Brazilian oil totaling 260kt have been delivered since the IOF invaded Gaza.

Although Brazilian President Luiz Inacio Lula da Silva has harshly criticized the occupation and called its bombardment of Gaza a genocide, he has yet to issue a ban on oil exports.

The data also suggest that four shipments carrying more than 120kt of VGO departed Russia for “Israel” following the ICJ ruling.

Mahmoud Nawajaa, general coordinator of the Palestinian BDS (boycott, divest, sanction) National Committee, expressed that BDS will “expose and target” complicit states mentioned in the report, adding that they are “directly complicit in supporting its ongoing genocide. We shall never forgive them for that.”

A new campaign in the United Kingdom has been started to encourage citizens and businesses to stop paying taxes for the government’s support in “Israel’s” genocide in Gaza, which has now killed over 31,000 Palestinians.

The “No Tax for Genocide” campaign was started in the UK on Thursday to persuade citizens and companies to cease paying taxes, accusing London of assisting “Israel” in its horrific aggression on Palestine.

The campaign’s organizers contend that under both international and domestic law, British individuals risk being implicated in genocide in Gaza by paying taxes, and hence have a legal right not to pay as long as the British government supports the Israeli occupation.

Ashish Prashar, the campaign’s co-founder and spokesperson, told The Telegraph there are several legal duties, including the 1945 UN Charter, the Rome Statute of the International Criminal Court, and the Terrorism Act of 2000, that give a legal foundation for “tax resistance”.

“Taxpayers are committing a crime when they pay tax. This is an opportunity for people not to be complicit and demand an immediate ceasefire,” he argued.

“They’re using the money you have to veto ceasefires, to continue these atrocities, to provide political cover. You’ve elected these individuals, you fund their ability to do their jobs, you’re culpable. As the British public, do you want to be culpable?” he said in a statement.

Source: Al Mayadeen

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita

Schumer takes a jab at Netanyahu, calls for elections in ‘Israel’

March 15, 2024 By Editor The Independent Insight

US Senate Majority Leader Chuck Schumer called on Thursday for new Israeli elections, fiercely denouncing Prime Minister Benjamin Netanyahu as an impediment to peace.

Democrat Chuck Schumer, “Israel’s” long-time backer and the highest-ranking Jewish political official, told the Senate that Netanyahu’s administration “no longer fits the needs of Israel” as the war rages on in Gaza.

Schumer claimed that “Israel” was a “democracy” and noted that settlers had a right to choose a leader, but called for a “fresh debate about the future of Israel after October 7,” which he believes is best accomplished via elections.

Schumer considered it a “grave mistake” for the occupation to reject a two-state solution and encouraged mediators to do all necessary to establish a truce, free captives, and provide relief to Gaza.

Last month, the Israeli cabinet issued a statement firmly rejecting the “unilateral recognition of a Palestinian state by the international community.”

He and other Democrats like President Joe Biden himself are under fire from inside the party for Washington’s unflinching support for “Israel,” given the scale of civilian casualty and destruction in the strip.

Schumer also called for the resignation of Palestinian President Mahmoud Abbas, citing it was necessary for a “new generation of Palestinian leaders who will work towards attaining peace with a Jewish State.”

The Senate’s Republican leader, Mitch McConnell, called Schumer’s comments “grotesque, and hypocritical,” since it was hypocritical to interfere in another country’s “democracy,” and “hyperventilate about foreign interference.”

Schumer emphasized the prospect of Washington utilizing its leverage if the Israelis did not alter their direction, emphasizing that if the war coalition remains in power and continues their “dangerous and inflammatory policies that test existing U.S. standards for assistance, then the United States will have no choice but to play a more active role in shaping Israeli policy by using our leverage to change the present course.”

The Democrat accused Netanyahu of being “too willing” to accept the high death toll of civilians in Gaza and emphasized that his behavior and attitude in the genocide was sinking support for “Israel” globally to “historic lows.”

“Israel cannot survive if it becomes a pariah,” Schumer stressed.

US President Joe Biden has made a “strategic mistake” by “bear-hugging” Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu during the current war on Gaza, according to a prominent progressive Democrat and Biden campaign surrogate Ro Khanna.

Elsewhere in his remarks, he criticized the Israeli President for conducting “a callous war” in Gaza, despite his claims of opposition from the United States.

However, his criticisms of Biden’s errors might not be well-received at the White House.

Liz Landers, guest hosting on the One Decision podcast, questioned Khanna about his recent visit to Michigan, where he engaged with leaders of the state’s sizable Arab American community.

“What did they tell you about the Biden administration’s policy with Israel?” Landers questioned.

“They were opposed,” Khanna said, stressing, “………but the bear-hugging of Netanyahu has been a strategic mistake. Netanyahu has conducted a callous war in defiance of the United States”

US President Joe Biden has repeatedly criticized Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu’s handling of the Israeli war against Gaza, The Washington Post reported, highlighting the latest indication revealing Biden’s secured leverage against “Israel”.

Some of the latest indications provided by the Post vary from positions on ceasefire to political meetings.

Source: Al Mayadeen

Editor The Independent Insight

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.

Filed Under: Berita

  • « Previous Page
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • Next Page »

Recent Posts

  • Teks Penuh Perjanjian Dagang Amerika Syarikat – Malaysia 26 Oktober 2025
  • Book Review: A Short Mental Break with Ibnu Khaldun
  • Diskusi Ilmiah dan Pelancaran Buku “Dari Orientalisma Hingga Ke Genosida” di Astaka Fikir
  • Kita Tidak Akan Sujud Mencium Kaki Anjing Imperial Jahiliyah
  • Perbahasan Konservatisme Melayu Dari Perspektif Pertengahan Yang Rasional

Archives

Copyright © 2025 The Independent Insight