
Chana, Thailand — Empat mahasiswa Fakultas Humaniora UIN Malang yaitu Muhammad Nur, Asep Adli Azhari Nur Syahbani, Zaqhlul Ammar dan Frandika Arung Amoekti yang mengikuti program I-SMASH (International Student Mobility and Sharing) sukses menyelenggarakan hari pertama pelatihan pidato berbahasa Arab dan Melayu di Rungrote Wittaya School, Chana, Thailand.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Muhammad Nur sekaligus ia menjadi narasumber dalam kegiatan ini, yang bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat siswa dalam berani berbicara di depan umum.
Pelatihan yang akan berlangsung mulai 6 hingga 11 Agustus 2025 ini merupakan inisiatif tambahan dari para mahasiswa selain mengajar di kelas. Setelah berdiskusi dengan pihak sekolah.
Muhammad Nur, yang biasa dipanggil Nur, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, menjelaskan bahwa program I-SMASH yang berlangsung selama tiga minggu ini dimanfaatkan secara maksimal untuk memberikan dampak positif.
“Setelah berdiskusi, kami mengajukan beberapa pelatihan tambahan yang bermanfaat, seperti kaligrafi, tilawah, kepenulisan kreatif, dan pidato. Saya menjadi inisiator untuk pelatihan pidato bahasa Arab dan Melayu, dan alhamdulillah, kami sangat didukung oleh pihak sekolah,” ungkapnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari pihak sekolah. Hayati, guru pendamping Muhammad Nur, menyatakan bahwa ini adalah pelatihan pidato pertama setelah beberapa tahun vakum.
“Saya mewakili pihak sekolah sangat mendukung kegiatan ini. Apalagi saya mendapat informasi dari dosennya bahwa Muhammad Nur sering menjuarai lomba pidato dan kepenulisan, bahkan baru-baru ini menjadi juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Internasional. Saya berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi sekolah dan khususnya siswa Rungrote Wittaya School,” tuturnya.
Sebelum seminar dimulai, Muhammad Nur—telah memberikan materi dasar pidato di delapan kelas yang berbeda selama beberapa minggu sebelumnya.
“Setelah itu, saya memilih anak-anak yang memiliki kesungguhan dan minat yang kuat untuk mengikuti kegiatan pelatihan tambahan. Tujuan utama saya adalah memunculkan keberanian mereka dalam berbicara di depan umum. Karena keberanian bukanlah anugerah yang datang tiba-tiba, tetapi lahir karena dipupuk, dilatih, dan dibiasakan secara bertahap,” tambah Muhammad Nur.
Pada hari pertama, estimasi peserta sebanyak 50 santri putra mengikuti seminar, dan selanjutnya akan dilanjutkan dengan pelatihan untuk santriwati juga diproyeksikan sebanyak 50 orang peserta dan pendaftar dari kalangan siswa lainnya.
“Menurut kami, kegiatan ini diharapkan menjadi inkubasi ningkatin pemahaman budaya dan agama, peluang pendidikan dan karir, peningkatan keterampilan komunikasi, termasuk menurut saya itu kemampuan dan peningkatan kepercayaan diri, peluang jaringan, termasuk interaksi dan akses ke masyarakat lokal baik bagi kami sebagai manusia Indonesia, maupun porsi besarnya untuk adik-adik kita dan peserta program yang berasal dari Negeri Gajah Putih.” Jelas Nur.
Sehingga, menurutnya akan ada banyak siswa dan siswi asal Thailand yang mendaftar dan belajar dalam program tersebut. Selain juga terjadinya pertukaran, dan pemahaman budaya yang beragam antar Indonesia dan Thailand melalui kegiatan yang diinisiasi oleh Nur tersebut.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah bagi siswa untuk mengasah kemampuan bahasa, tetapi juga menjadi bukti nyata kontribusi mahasiswa UIN Malang di kancah internasional melalui program I-SMASH.
Kegiatan ini mendapat sambutan luar biasa dari siswa, salah satunya, Sakeef. Sakeef, siswa Thailand tersebut mengungkapkan kegembiraannya setelah mengikuti pelatihan.
“Perasaan saya setelah belajar pidato, saya sangat gembira dan semakin mencintai bahasa. Saya juga sudah memahami apa itu pidato,” ucap Sakeef, dalam bahasa Thailand yang telah diterjemahkan atas keterangannya.

Kami mengalu-alukan cadangan atau komen dari pembaca. Sekiranya anda punya artikel atau pandangan balas yang berbeza, kami juga mengalu-alukan tulisan anda bagi tujuan publikasi.